Pasang Surut Air Laut dan Pengaruhnya Terhadap Zona Intertidal

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

 

Indonesia merupakan negara maritim, negara dengan wilayah perairan yang luas, bahkan melebihi luas wilayah daratannya. Hal ini menyebabkan laut menjadi sumber dari berbagai macam aspek kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Seperti kita ketahui, bidang ilmu yang mempelajari tentang laut adalah oceanografi. Bidang ilmu ini mempelajari tentang unsur-unsur yang terkandung di dalam laut dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Salah satu fenomena alam yang berkaitan dengan unsur fisika laut adalah pasang surut air laut.

Pasang surut air laut adalah peristiwa bergerak naik turunnya permukaan air laut. Peristiwa ini cukup erat kaitannya dengan kawasan pesisir karena hempasan gelombang yang dihasilkan oleh pasang surut air laut berakhir di kawasan pesisir. Salah satu wilayah dari pembagian kawasan pesisir adalah zona intertidal atau yang biasa disebut dengan zona pasang surut karena letaknya yang berada di antara pasang tinggi (high water) dan surut rendah (low water).

Oleh karena keterkaitan inilah maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai pasang surut air laut dan bagaimana proses terbentuknya. Selain itu juga akan dibahas mengenai pengaruh pasang surut air laut terhadap zona intertidal sebagai kawasan pesisir. Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan tambahan tentang salah satu fenomena alam yang terjadi di laut yaitu pasang surut air laut serta pengaruhnya terhadap zona intertidal.

 

 

 

 

 

 

  • Rumusan Masalah

 

  1. Apa yang dimaksud dengan pasang surut air laut?
  1. Bagaimana proses terbentuknya pasang surut air laut?
  2. Apa saja tipe pasang surut air laut?
  3. Bagaimana pengaruh pasang surut air laut terhadap zona intertidal?
  • Tujuan Penulisan

 

  1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pasang surut air laut.
  1. Untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya pasang surut air laut.
  2. Untuk mengetahui tipe pasang surut air laut.
  3. Untuk mengetahui pengaruh pasang surut air laut terhadap zona intertidal.

 

  • Manfaat Penulisan

 

  1. Sebagai bahan informasi mengenai pengertian pasang surut air laut
  1. Sebagai bahan informasi mengenai bagaimana proses terbentuknya pasang surut air laut.
  2. Sebagai bahan informasi mengenai tipe pasang surut air laut.
  3. Sebagai bahan informasi mengenai pengaruh pasang surut air laut terhadap zona intertidal.

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1. Pasang Surut Air Laut

 

2.1.1. Pengertian Pasang Surut Air Laut

Pasang surut air laut merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi kita lihat jika kita pergi ke pantai. Peristiwa bergerak naik turunnya permukaan air laut secara teratur dan berulang-ulang inilah yang disebut pasang surut air laut. Peristiwa bergerak naiknya posisi permukaan air laut disebut dengan pasang. Sedangkan peristiwa bergerak turunnya posisi permukaan air laut disebut surut.

Peristiwa pasang surut air laut terjadi akibat pengaruh gaya tarik menarik (gravitasi) antara bumi, bulan dan matahari. Pasang surut air laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang dibangkitkan oleh interaksi yang terjadi antara bumi, bulan dan matahari. Puncak gelombang disebut pasang tinggi (high water) dan lembah gelombang disebut surut rendah (low water). Perbedaan atau selisih antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang-surut atau tunggang pasang-surut (tidal range).

Proses terjadinya pasang surut air laut merupakan proses yang kompleks dan berbelit-belit, sebab peristiwa tersebut tidak hanya bergantung pada gaya gravitasi, tapi juga tergantung pada rotasi bumi, sudut deklinasi, angin, arus laut dan keadaan-keadaan lain yang bersifat setempat. Namun sekalipun begitu, peristiwa pasang surut air laut masih bisa dihitung dan diramalkan karena sifatnya yang periodik. Periode pasang-surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

 

 

 

 

 

2.1.2. Proses Terbentuknya Pasang Surut Air Laut

 

Peristiwa pasang surut air laut merupakan fenomena alam yang terjadi akibat dari gaya gravitasi bumi, bulan, matahari dan gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal adalah gaya dorong ke arah luar pusat rotasi.

Perputaran bumi pada porosnya (rotasi) menghasilkan gaya sentrifugal yang merupakan fungsi dari kecepatan sudut rotasi dan jarak terhadap sumbu bumi. Selain karena rotasi bumi, revolusi bulan mengelilingi bumi juga menimbulkan gaya sentrifugal yang arahnya menjauhi bulan dan besarnya sama pada setiap titik di permukaan bumi. Sebaliknya, gaya gravitasi bulan bergantung pada jarak titik-titik di permukaan bumi terhadap bulan. Makin dekat jarak tersebut maka makin besar gaya gravitasi bulan.

Akibat dari pengaruh gaya tarik menarik dan gaya sentrifugal tersebut titik-titik massa di bumi dalam keadaan setimbang (Teori Keseimbangan Pasang Surut/Tides Equilibrium Theory), sehingga menghasilkan gaya pembangkit pasang surut yang merupakan resultan gaya gravitasi bumi, bulan, matahari dan gaya sentrifugal yang mempertahankan kesetimbangan dinamik dari seluruh sistem yang ada. Gaya pembangkit pasang surut inilah yang kemudian mengakibatkan pasang surut air laut terjadi.

Bukan hanya bulan, matahari juga melakukan gaya gravitasi terhadap air laut di bumi. Namun hukum gravitasi Newton menyatakan bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain dan gaya ini tergantung pada besar massanya, serta jarak di antara massa tersebut. Berdasarkan hukum tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa, namun berbanding terbalik terhadap jarak. Oleh karena itu, walaupun massa matahari jauh lebih besar dari massa bulan, namun jarak bumi-bulan lebih dekat dari bumi-matahari, sehingga gaya tarik menarik yang diakibatkan oleh bulan 2,18 kali lebih besar dari gaya yang diakibatkan oleh matahari.

 

 

 

Dalam prosesnya, gaya gravitasi menarik air laut di bumi ke arah bulan dan matahari sehingga menghasilkan dua tonjolan pasang surut (tidal bulge) yang terletak di dua sisi yang berbeda dari bumi. Lintang dari tonjolan tersebut dipengaruhi oleh efek deklinasi. Deklinasi adalah sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Efek deklinasi ini tampak pada tidak samanya tinggi pasang surut air laut dalam satu hari atau biasa dikenal sebagai ketidaksamaan harian.

 

2.1.3. Tipe Pasang Surut Air Laut

 

Secara umum pasang surut air laut terbagi menjadi dua tipe, yaitu berdasarkan jumlah pasang surut yang terjadi dalam satu hari dan berdasarkan ketinggian permukaan air laut ketika pasang surut.

Pasang surut air laut tipe pertama terbagi menjadi tiga, yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tides), pasang surut harian ganda (semidiurnal tides) dan pasang surut campuran (mixed tides). Pasang surut harian tunggal merupakan jenis pasang surut dimana terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut dalam satu hari (24 jam). Pasang surut harian ganda merupakan jenis pasang surut dimana terjadi  2 kali pasang dan 2 kali surut dalam satu hari (24 jam). Sementara pasang surut campuran merupakan jenis pasang surut dimana terjadi bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal dan condong ke tipe harian ganda, pola pasang tinggi (high water) dan surut rendah (low water) berbeda. Dengan kata lain, rentang atau tunggang pasang-surut air laut (tidal range) memiliki ketinggian yang bervariasi / tidak menentu.

Pasang surut air laut tipe kedua terbagi menjadi dua, yaitu pasang surut purnama (spring tides) dan pasang surut perbani (neap tides). Pasang surut purnama terjadi ketika bumi, bulan dan matahari terletak dalam satu garis lurus sehingga bulan dan matahari masing-masing memberikan kontribusi yang sama pada pembentukan pasang surut air laut di bumi. Pada spring tides dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan surut rendah yang sangat rendah akibat kombinasi gaya gravitasi bulan dan matahari yang sama kuat. Pasang surut purnama terjadi dua kali dalam satu bulan, yaitu pada saat bulan baru (new moon) dan bulan penuh (full moon).

Sementara itu pasang surut perbani terjadi ketika bumi dan bulan membentuk sudut 90º atau tegak lurus terhadap matahari sehingga gaya gravitasi bulan dan matahari saling melemahkan satu sama lain. Oleh sebab itu, pada neap tides dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan surut rendah yang tinggi. Pasang surut perbani juga terjadi dua kali dalam satu bulan, yaitu pada minggu kedua saat bulan seperempat (first quarter) dan pada minggu keempat saat bulan tigaperempat (last quarter).

2.2. Zona Intertidal

 

Kawasan pesisir atau coastal merupakan salah satu sistem lingkungan yang di dalamnya terdapat suatu ekosistem. Salah satu wilayah dari pembagian ekosistem di kawasan pesisir adalah zona intertidal. Zona intertidal merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera di dunia karena hanya berupa pinggiran yang sempit sekali yang terletak di antara high water dan low water.

Zona intertidal lebih dikenal sebagai zona pasang surut karena letaknya yang dimulai dari pasang tertinggi hingga surut terendah. Zona ini terdapat pada daerah pulau atau daratan yang luas dengan pantai yang landai. Semakin landai pantainya maka semakin luas zona intertidalnya. Sebaliknya, semakin terjal pantainya maka semakin sempit zona intertidalnya.

Zona intertidal pada suatu daerah dengan daerah yang lain memiliki perbedaan dari segi jenis substratnya, ada yang berpasir, berbatu bahkan berlumpur. Selain itu, pembagian zona intertidal juga dapat dilihat dari jenis organisme yang hidup di dalamnya.

2.3. Pengaruh Pasang Surut Air Laut Terhadap Zona Intertidal

 

Sebagai suatu ekosistem, zona intertidal merupakan salah satu wilayah pada kawasan pesisir yang sangat kompleks dan kaya. Akibat seringnya hempasan gelombang laut dan pasang surut menyebabkan daerah intertidal sangat kaya akan oksigen. Pengadukan yang sering terjadi menyebabkan interaksi antar atmosfer dan perairan sangat tinggi sehingga difusi gas dari permukaan ke perairan juga tinggi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Webber dan Thurman (1991) bahwa pantai berbatu di zona intertidal merupakan salah satu lingkungan yang subur dan kaya akan oksigen. Selain oksigen, daerah ini juga mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga sangat cocok bagi beberapa jenis organisme untuk berkembang biak. Oleh karena itu, banyak pola interaksi antar organisme yang dapat ditemukan pada ekosistem ini.

Namun disamping itu, keberadaan pasang surut air laut juga menyebabkan faktor pembatas pada daerah ini menjadi lebih ekstrim. Faktor-faktor fisik pada keadaan ekstrim dimana organisme masih dapat menempati perairan akan menjadi pembatas atau dapat mematikan jika air sebagai isolasi dihilangkan. Faktor pembatas itu diantaranya sinar matahari, suhu dan kekeringan. Ketiga faktor tersebut saling terkait.

Jika laut surut maka zona intertidal akan berada pada udara terbuka dan terekspos sinar matahari secara langsung. Pada saat itu organisme-organisme di ekosistem zona intertidal akan berada pada kisaran suhu terbesar. Suhu yang meningkat menyebabkan terjadinya penguapan dan dapat mengakibatkan kekeringan atau kehilangan air diluar batas kemampuan. Semakin lama berada di udara terbuka maka semakin besar kemungkinan bagi organisme tersebut mengalami suhu letal.

Selain itu, semakin lama berada di udara terbuka maka semakin kecil kesempatan bagi organisme zona intertidal untuk mencari makan. Hal itu dapat mengakibatkan kekurangan energi, karena kebanyakan organisme-organisme tersebut menunggu sampai air kembali menggenang untuk dapat mencari makan.

Pengaruh pasang surut air laut yang menyebabkan kondisi zona intertidal menjadi ekstrem inilah yang memaksa organisme di dalamnya, baik flora maupun fauna, untuk melakukan penyesuaian diri dengan karakteristik lingkungan tersebut. Keberhasilan beradaptasi akan menentukan kelangsungan hidup organisme-organisme tersebut.

Pengaruh pasang surut air laut yang lain adalah karena pola pasang surut air laut yang berlangsung secara periodik, maka pasang surut cenderung membentuk irama tertentu dalam aktivitas organisme zona intertidal. Seperti irama dalam memijah dan irama beruaya yang mengikuti alur pasang surut air laut.

BAB III

KESIMPULAN

Pasang surut air laut adalah peristiwa bergerak naik turunnya permukaan air laut secara teratur dan berulang-ulang. Pasang surut air laut merupakan fenomena alam yang terjadi akibat dari gaya gravitasi bumi, bulan, matahari dan gaya sentrifugal. Pengaruh gaya tarik menarik dan gaya sentrifugal tersebut menyebabkan titik-titik massa di bumi dalam keadaan setimbang, sehingga menghasilkan gaya pembangkit pasang surut. Gaya pembangkit pasang surut inilah yang kemudian mengakibatkan pasang surut air laut terjadi. Karena sifatnya yang periodik pasang surut air laut dapat dihitung dan diramalkan.

Secara umum pasang surut air laut terbagi menjadi dua tipe, yaitu berdasarkan jumlah pasang surut yang terjadi dalam satu hari dan berdasarkan ketinggian permukaan air laut ketika pasang surut. Pasang surut air laut tipe pertama terbagi menjadi pasang surut harian tunggal (diurnal tides), pasang surut harian ganda (semidiurnal tides) dan pasang surut campuran (mixed tides). Sementara pasang surut air laut tipe kedua terbagi menjadi pasang surut purnama (spring tides) yang terjadi pada saat bulan baru (new moon) dan bulan penuh (full moon) dan pasang surut perbani (neap tides) yang terjadi pada minggu kedua saat bulan seperempat (first quarter) dan pada minggu keempat saat bulan tigaperempat (last quarter).

Fenomena pasang surut air laut erat hubungannya dengan kawasan pesisir. Kawasan pesisir atau coastal merupakan salah satu sistem lingkungan yang di dalamnya terdapat suatu ekosistem, dimana salah satu wilayah dari pembagian ekosistem tersebut adalah zona intertidal. Zona intertidal merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera di dunia karena hanya berupa pinggiran yang sempit sekali yang terletak di antara high water dan low water. Zona intertidal lebih dikenal sebagai zona pasang surut karena letaknya yang dimulai dari pasang tertinggi hingga surut terendah.

Sebagai unsur fisika laut, pasang surut air laut merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan organisme di zona intertidal. Salah satu bentuk pengaruhnya berupa tuntutan bagi organisme di daerah tersebut untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungannya.

Keberadaan pasang surut air laut menyebabkan faktor pembatas pada zona intertidal menjadi lebih ekstrim. Contohnya seperti faktor sinar matahari, suhu dan kekeringan ketika air laut surut. Faktor-faktor fisik yang ekstrim ini menyebabkan organisme-organisme yang ada di dalamnya mau tidak mau harus melakukan penyesuaian diri dengan karakteristik lingkungan tersebut demi kelangsungan hidup mereka.

Bentuk pengaruh pasang surut air laut yang lain adalah karena pola pasang surut air laut yang berlangsung secara periodik, maka pasang surut cenderung membentuk irama tertentu dalam aktivitas organisme zona intertidal. Seperti irama dalam memijah dan irama beruaya.

DAFTAR PUSTAKA 

AZIZ, M. F. 2006. Gerak Air di Laut. Oseana XXXI (4) : 9 – 12

http://afghanaus.com/gerakan-air-laut/

http://deapensieve.blogspot.com/2011/05/zona-intertidal.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasang_laut

http://laut-kita.blogspot.com/2011/07/makalah-zona-intertidal.html

http://mustarcansel.blogspot.com/2012/05/pengaruh-pasang-surut-air-laut-terhadap.html#!/2012/05/pengaruh-pasang-surut-air-laut-terhadap.html

http://ruanasagita.blogspot.com/2011/06/mengenal-pasang-surut-air-laut.html

http://www.crayonpedia.org/mw/PERUBAHAN_KENAMPAKAN_BUMI_DAN_BENDA_LANGIT_4.2_BUDI_WAHYONO

http://www.scribd.com/doc/57092333/Sifat-Fisik-Air-Laut

http://www.slideshare.net/guest01cdf1/pasang-surut-pasut

http://zonaikan.wordpress.com/2010/02/16/ekologi-intertidal/

PINET, P.R. Invitation to Oceanography. Jones and Bartlett Publishers. Boston, London and Singapore.

ROSS, D.A. 1970. Introduction to Oceanography. Meredith Corporation. New York.

SUNARTI, D. 2007. Pasang Surut dan Energinya. Oseana XXXII (1) : 15 – 22

Tinggalkan komentar